Facebook
RSS
Tampilkan postingan dengan label Album. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Album. Tampilkan semua postingan

Review Album : Avenged Sevenfold [Nightmare]

Artis : Avenged Sevenfold
Album :
Nightmare
Genre : Post Hardcore Metal
Produser :
Mike Elizondo
Label :
Warner Bros.
Rilis :
27 Juli 2010
Editor Rating (1 - 5) :
__________________________________________________________


Ditinggal mati oleh sang drummer, James "The Rev" Sullivan, akibat overdosis akhir tahun lalu tak mengendurkan semangat anak-anak Avenged Sevenfold (A7x) untuk merampungkan album studio ke-5 mereka. Dengan bantuan Mike Portnoy (Dream Theater) pada drum, album ini dianggap menyamai kehebatan album masterpiece mereka, City of Evil.
Ini merupakan album pertama A7x yang tidak menampilkan The Rev. Namun ia sempat menulis sejumlah lagu dan menyumbang vocal sebelum kematiannya. Untuk mengenang dan menghormati sosoknya, maka vocal The Rev turut pula ditampilkan di beberapa lagu. Tak hanya itu, untuk mengisi part drum yang tak terselesaikan, A7x pun meminta bantuan drummer yang paling diidolakan oleh The Rev yaitu Mike Portnoy (Dream Theater).
Jika diperhatikan, album ini terdengar lebih ganas dan lebih 'dark' dari yang pernah dirilis sebelumnya. Di semua elemen pun mulai dari gitar, vocal, bass, hingga drum terdengar lebih agresif. Track Nightmare yang diletakkan pada posisi pembuka album seperti sudah cukup memberikan gambaran mengenai suasana hati anak-anak A7x. Jika disimak lebih seksama pun lagu tersebut seperti sedikit memasukkan unsur dari band-band heavy metal seperti Metallica.
Nuansa yang sama pun terdengar pula di track favorit Musisi.com, God Hate Us. Sebuah track yang sangat direkomendasikan untuk disimak dan dimainkan. Mulai dari ritem gitar hingga part drum terdengar begitu nyatu. Pada saat mendengar intro gitarnya yang menampilkan sound clean gitar, tiba-tiba kita langsung dilempar ke nuansa musik metal dengan influence yang sepertinya terdengar cukup Thrash. Sayangnya Synyster Gates tak menampilkan solo gitar yang anthemic, sehingga kurang sedikit lagi lagu ini mencapai klimaksnya di bagian solo.
Seolah ingin mengulang sukses lagu Dear God dari album self-titled mereka pada tahun 2007 silam, A7x mempersembahkan So Far Away yang kental nuansa ballad. Namun lagu yang paling menggambarkan kenangan atas The Rev sepertinya terdapat pada track Victim. Selain liriknya yang menggambarkan kerinduan akan sosok The Rev, tak ada sisi yang begitu spesial di lagu ini selain kembalinya Synyster Gates dalam menampilkan permainan gitar yang paling 'in' dengan lagu keseluruhan.
Entah karena masuknya Mike Portnoy atau sebab lain, namun lagu yang memiliki nuansa progressive bisa disimak pada track Save Me. Beberapa kali menampilkan perubahan ketukan dan emosi membuatnya terdengar kompleks. Album ini direkomendasikan bagi para penggemar A7x, Hardcore Metal, bahkan juga DT Mania yang ingin menyimak sepak terjang Mike Portnoy di luar kebiasaannya bermain di band-band progressive.

Track List :
1. "Nightmare"
2. "Welcome to the Family"
3. "Danger Line"
4. "Buried Alive"
5. "Natural Born Killer"
6. "So Far Away"
7. "God Hates Us"
8. "Victim"
9. "Tonight the World Dies"
10. "Fiction"
11. "Save Me"

Sumber : www.musisi.com
[ Read More ]

Piyu From The Inside Out - Life, Passion, Dreams, and His Legacy


Penulis : Adib Hidayat
Judul Buku:
Piyu From The Inside Out - Life, Passion, Dreams, and His Legacy
Genre : Otobiografo
Penerbit :
Elex Media Computindo
Dimensi Buku :
25 cm x 25 cm
Tebal :
160 halaman
Rilis : Januari 2011
Editor Rating (1 - 5) :



Ada banyak hal yang harus dilalui oleh seorang musisi untuk bisa menembus papan atas dan terus eksis di belantika musik Indonesia. Seperti berbagai pengalaman Piyu (Padi) yang kini ia tuangkan ke dalam buku otobiografi pertamanya. Di buku ini ia menceritakan suka dan duka yang ia lewati sebelum mencapai levelnya saat ini.

Buku setebal 164 halaman ini dibagi menjadi 9 bab. Dimulai dari era masa kanak-kanak seorang Piyu, masa remaja, masa merantau ke Jakarta, pengaruh musikal, keluarga, Piyu sebagai produser, kehidupan recording, bisnis hiburan, dan superband. Dalam buku ini dipaparkan perjuangan seorang Piyu hingga meraih pencapaian seperti saat ini.

Masyarakat mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa sorang gitaris papan atas tanah air seperti Piyu pernah menjadi montir untuk menunjang hidupnya selama merantau ke Jakarta untuk memperjuangkan demo album Padi. Di buku ini kisah-kisah pahit yang pernah dialami dipaparkan dengan cukup detail dan emosional. Terdengar sangat emosional karena yang tertuang adalah kata-kata Piyu sendiri. Bila membaca otobiografi ini kita seolah sedang mendengarkan langsung Piyu yang sedang bercerita.

Bagian yang cukup menarik dari buku ini mungkin berada pada Chapter III dimana diceritakan juga awal karir Piyu yang bekerja sebagai kru gitar Andra Ramadhan (Dewa 19) serta penyebab sikap dinginnya terhadap Ahmad Dhani. Lalu di lain bagian dikisahkan pula berbagai penolakan dari label-label rekaman, proses perekrutan anggota band Padi, konflik internal, hingga transfer ilmu di seputar industri rekaman dalam negeri.

Di luar penceritaan yang cukup detail, hal yang patut diapresiasi adalah keberadaan dokumentasi yang ditampilkan di buku ini. Untuk ukuran Piyu yang lahir di tahun 70'an dan aktif bermain musik di tahun 90'an dimana gadget canggih seperti kamera digital belum menjamur seperti saat ini, dokumentasi foto perjalanan hidup Piyu terbilang banyak. Namun sayangnya buku ini kurang detail dalam menggambarkan timeline yang detail dari tahun ke tahun.

Kesimpulannya buku ini sangat layak untuk dimiliki terutama oleh anda yang memiliki impian untuk menjadi musisi. Dari buku ini Piyu seolah ingin mengajak kita untuk jangan berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti untuk mengejar mimpi tersebut karena tidak ada hal yang mustahil untuk dicapai selama kita berusaha keras dan penuh dedikasi.

Sumber : www.musisi.com
[ Read More ]