GROOVIES IN THE MUSIC

Facebook
RSS

3 gitar termahal di dunia

Berapa harga gitar termahal yang anda ketahui? Rp. 100 juta? Rp. 200 juta? Sangat jarang sekali harga sebuah gitar mencapai ratusan juta tanpa embel-embel di belakangnya. Biasanya harga satu buah gitar tak lebih dari 8 digit. Tingginya harga sebuah gitar biasanya disebabkan oleh sejumlah faktor seperti dalam event apa gitar itu dijual, dan siapa pemiliknya.

Berikut ini adalah daftar 3 besar gitar termahal di dunia (dirangkum dari berbagai sumber) :

Tempat ke-3 diduduki oleh Gibson ES-335 1964 milik Eric Clapton yang terjual dengan harga USD 847.500 atau setara dengan Rp. 7.881.750.000,- (Rp. 7,8M). Sementara posisi ke-2 ditempati oleh Fender Stratocaster 'Blackie'. Juga salah satu gitar bersejarah dari Eric Clapton. Gitar yang diberi nick name Blackie ini terjual dengan harga USD 959.500. Harga gitar ini setara dengan Rp. 8.635.500.000,- (Rp. 8,6M). Yang menarik, 'Blackie' pada awalnya hanya ditawarkan dengan harga kisaran USD 150.000 sebelum akhirnya membengkak hingga lebih dari 6 kali lipatnya.
Sementara di posisi teratas yang memegang rekor harga gitar termahal didunia dipegang oleh Fender Stratocaster Standar Series yang ditandatangani oleh sejumlah musisi seperti Jimmy Page, Eric Clapton, Mick Jagger, Brian May, Liam Gallagher, Jeff Beck, Pete Townshend, Ray Davies, David Gilmour, Bryan Adams, Tony Iommi, Mark Knopfler, Angus Young, Malcolm Young, Keith Richards, Ronnie Wood, Paul McCartney, Sting, dan Noel Gallagher.
Gitar tersebut terjual dalam sebuah lelang di Doha, Qatar, dalam rangka acara pengumpulan dana bagi korban bencana Tsunami yang sempat memporak-porandakan sejumlah wilayah di Asia dimana Aceh menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak kerusakan terbesar.
Gitar tersebut terjual dengan harga USD 2.800.000. Atau jika dirupiahkan dengan kurs USD 1 = Rp. 9000,- maka harga gitar tersebut adalah Rp. 25.200.000.000,- (Rp. 25,2 M)! Sebuah angka yang sangat fantastis. Selain dapat membantu korban tsunami, uang sebanyak itu juga dapat ditukar dengan sekitar 2500 buah Fender Stratocaster American Standard untuk diberikan kepada sekitar 2.500 anggota Gitaris.com jika harga gitar tersebut per buahnya dihitung @Rp. 10.000.000,-
Dari 3 daftar gitar termahal di dunia tersebut, nama Eric Clapton selalu terlibat didalamnya. Baik sebagai pemilik, maupun sebagai pihak yang membuat harga gitar tersebut menjadi semakin mahal. Mudah-mudahan hal seperti ini dapet ditiru oleh setiap gitaris di belahan dunia manapun.
[ Read More ]

Sejarah Gitar


Artikel ini akan bercerita tentang sejarah yang diketahui tentang instrumen gitar sebelum tahun 1650. Disebut yang diketahui karena banyak evolusi tentang instrumen ini tidak diketahui tetapi hanya diambil dari gambar-gambar, pahatan dan lain-lainnya.

Alat musik Lute dari Eropa akan menjadi awalnya. Alat musik ini dikembangkan dari alat musik Arab yang bernama Oud dan memiki antara  

12 sampai 24 senar dimana alat musik ini dimainkan dengan memetik sepasang senar untuk 1 nada (seperti Anda memainkan gitar 12-senar). Senarnya dibuat dari catgut (sheep intestine) dan fretnya dibuat dari catgut yang diikat di seputar fingerboard/neck dengan beberapa fret dari kayu atau gading yang dilekatkan pada ujung atas soundboardnya. Fret dan soundboard memiliki ketinggian yang sama, berbeda dengan fret gitar jaman modern yang pada umumya lebih tinggi dari soundboardnya dan banyak inlay nya yang merupakan ornamen-ornamen. Bentuk instrumen ini menyerupai buah pir dan dibulatkan belakangnya seperti setengah bentuk buah melon. Bridge nya tidak memiliki saddle dan tuning head nya mirip dengan biola.


Theorbo merupakan variasi dari lute dengan beberapa extra senar. Perbedaannya dengan lute adalah bahwa Theorbo memiliki senar extra seperti tersebut diatas dan tuning head yang sejajar dengan necknya, dimana tuning head untuk lute mirip dengan biola. Nada-nadanya mencakup nada bass-bariton.

Arch lute merupakan instrumen yang mirip dengan lute tetapi Arch lute lebih condong ke arah melodi daripada lute.

Lute biasa distem dengan nada-nada tinggi. Jika gitar jaman sekarang distem di E, lute distem di A yang merupakan dua setengah nada lebih tinggi daripada E.

Lute bisa distem dan dimainkan sama dengan gitar (finger picking atau pick). Ini dinamakan new tuning. Bisa juga pasangan senar yang ketiga dari lute distem turun setengah nada dari new tuning. Steman untuk lute juga tidak distandardisasi sebelum pertengahan tahun 1700an. Para pemain bisa menyetemnya sesuai dengan kemauan mereka. Jadi tidak harus distem di A.

Lute sendiri bukan merupakan nenek moyang langsung dari gitar, tetapi merupakan satu dari pendahulunya. Yang penting disini adalah bahwa lute memberikan kontribusi besar kepada perkembangan gitar sampai kepada bentuknya yang sekarang ini. Dan di Spanyol, dimana gitar benar-benar dikembangkan, lute sering disamakan dengan moor yang menyebabkan lute tidak begitu populer.

Instrumen lain yang tidak kalah kontribusinya dalam perkembangan gitar adalah instrumen Cittern. Instrumen ini juga berbentuk menyerupai buah pir dengan bagian belakang yang rata, dengan empat atau lima pasang senar dari kawat dan dengan fretting yang permanen apakah itu diatonik seperti Appalachian Dulcimer ataupun chromatic seperti gitar modern. Tuning head sudah dipasang mirip seperti pada gitar atau mandolin. Stemannya sama dengan mandolin (in fifths) dengan fingering dan chord yang sama dan dimainkan dengan plectrum atau pick.

Guitarra Moresca merupakan instrumen dengan 4 pasang senar dengan bentuk oval menyerupai telur dan fretboardnya dilapisi dengan kulit seperti pada banjo. Popularitas instrumen ini adalah pada abad ke-13.

Guitarra Latina juga merupakan instrumen dengan 3 atau 4 pasang senar dengan bentuk body yang kecil menyerupai ukulele bariton dan gitar parlor. Instrumen ini cukup populer di abad ke-13. Fretboard nya dibuat dari kayu tetapi sisanya menyerupai Guitarra Moresca.

Guittern merupakan instrumen dengan 5 pasang senar dan dimainkan dengan fingerpicking atau pick. Bentuknya bervariasi tetapi yang paling umum adalah seperti bentuk biola dan mempunyai bridge dan tailpiece yang bisa digerakkan untuk mengencangkan senar, walaupun kadangkala senar dikencangkan di bridge yang tanpa saddle. Setiap pasang senar distem menurut unison tapi kadang-kadang disetem secara oktaf.

Chittarra Battente adalah instrumen yang menggunakan senar kawat dan mempunyai soundboard yang sudutnya dibuat ke belakang body. Populer di tahun 1500an dan menggunakan fret permanen dari besi.

Bandora merupakan variasi dari cittern dengan bagian body belakang yang rata dan berbentuk mirip dengan A-Style mandolin.

Vihuela De Mano berasal dari Spanyol dan merupakan instrumen dengan enam pasang senar. Bodynya cukup besar seperti gitar klasik jaman sekarang dan mempunyai beberapa lubang suara di atasnya. Instrumen ini menggunakan fixed bridge dan kemungkinan merupakan nenek moyang langsung dari gitar 12 senar USA yang masuk ke Amerika Utara melalui Mexico, Texas dan Louisiana.

Four Course Guitar memiliki 4 pasang senar, body berbentuk gitar dan soundboard yang rata, bridge dari lute dan bagian belakang dibuat setengah melengkung tetapi tidak terlalu membentuk bulatan. Instrumen ini berukuran seperti gitar anak-anak.

Five Course Guitar muncul sekitar tahun 1490 dan mirip dengan four course guitar dengan tambahan satu pasang senar bass. Instrumen ini dinamakan juga English Guitar.

Baroque Guitar muncul pada awal abad ke-17. Gitar ini menggunakan senar nilon, mempunyai body yang panjang dan slim dengan bagian atas dan bawah yang sama besarnya. Tuning headnya dibuat dari kayu dan dipasang seperti pada gitar klasik. Fretnya apakah terbuat dari kayu, metal ataupun gading adalah permanen.

Semua instrumen yang tersebut diatas kebanyakan mempunyai fingerboard yang sama tingginya dengan soundboardnya. Fingerboard yang dinaikkan seperti sekarang ini belum ada sampai dengan adanya Parlor Guitars.

Six String Guitar gitar yang sebenarnya, belum berkembang sampai dengan tahun 1750.

Parlor Guitars sangat mirip dengan Baroque Guitar dengan perkecualian bahwa tuning untuk Parlor Guitars biasanta lebih mekanikal. Kira-kira setelah 1820, bagian bawah body dibuat lebih besar dari bagian atasnya. Gitar ini mirip dengan Washburn tahun 1887.

Gitar klasik modern yang kita lihat sekarang ini belum berkembang sampai tahun 1840 di Spanyol.
[ Read More ]

Joe Satriani

JOE SATRIANI
"Steve Vai: selama Joe Satriani tetap berkarya, saya akan tak akan kehilangan inspirasi"


Click for larger version Nama Lengkap: Joe Satriani
Website Resmi: Satriani.com
Tempat/Tgl Lahir: 15 Juli 1956 di Westburry, New York, USA
Group Band Saat Ini: Joe Satriani
Group Band Sebelumnya: The Squares
Pengaruh: Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore
Gitar: Ibanez JS Series
Keahlian: Tapping, Alternate Picking, dll
 


Joe Satriani, pertama kali belajar gitar pada saat berumur 14 tahun. Pada umur 15 tahun, Joe sudah mengajar gitar (selama 3 tahun) kepada beberapa muridnya yang antara lain adalah Steve Vai, Kirk Hammet (Metallica) dan Larry LaLonde (Primus). Dapat dibayangkan betapa tekunnya dan cepatnya Joe mendalami permainan gitarnya.

Sambil mengajar di Second Hand Guitar, Berklee, Joe merilis albumnya yang pertama tahun 1986 yang berjudul Not Of This Earth. Tahun berikutnya, Surfing With The Alien dirilis dan mendapatkan gold dan platinum sales. Tahun 1989 Surfing in a Blue Dream pun dirilis dan mencapai angka 750.000 keping untuk penjualannya dan masuk ke nominasi Grammy Awards. Tahun 1992 The Extremist dirilis yang juga masuk nominasi Grammy Awards dan mencapai peringkat 24 di Billboard chart.

Tahun berikutnya, Time Machine (dobel CD) dirilis. Di tahun 1995 album yang berjudul Joe Satriani dirilis dan lagu My World masuk nominasi Grammy Awards. Tahun 1998 Joe merilis albumnya yang ke delapan berjudul Crystal Planet.

Di tahun 2000 Joe merilis album Engines Of Creation. Di album ini Joe melakukan eksperimen dengan rekaman menggunakan rhytm-rhytm yang dibuat di komputer. Tahun 2001 Joe merilis album live nya Live in San Fransisco.

Selain merilis album solonya, Joe Satriani juga merupakan penggagas diadakannya G3. Bersama Steve Vai, Joe sudah beberapa kali mengadakan konser G3 dengan dewa gitar lainnya seperti Eric Johnson (1996), Adrian Leggs, Kenny Wayne Shepherd dan Robert Fripp (1997), Michael Schenker dan Uli John Roth dengan Brian May sebagai Guest Star untuk show di London dan Patrick Rondat di Perancis (1998) dan John Petrucci (2001).

Joe Satriani juga berpartisipasi dalam proyek Merry Axemas-nya Steve Vai dan memainkan satu lagu Silent Night yang di aransemen ulang dan juga pernah mengisi posisi gitar untuk Deep Purple di tahun 1990an.

Setelah Engines of Creation album seperti apalagi yang akan dirilis Joe Satriani berikutnya? Kita nantikan saja!!

Editor: Wowo
Sumber : gitaris.com


Sample Permainan Dalam MP3:
Joe Satriani-Surfing With The Allien

Joe Satriani-Love Thing
[ Read More ]

Review Album : Avenged Sevenfold [Nightmare]

Artis : Avenged Sevenfold
Album :
Nightmare
Genre : Post Hardcore Metal
Produser :
Mike Elizondo
Label :
Warner Bros.
Rilis :
27 Juli 2010
Editor Rating (1 - 5) :
__________________________________________________________


Ditinggal mati oleh sang drummer, James "The Rev" Sullivan, akibat overdosis akhir tahun lalu tak mengendurkan semangat anak-anak Avenged Sevenfold (A7x) untuk merampungkan album studio ke-5 mereka. Dengan bantuan Mike Portnoy (Dream Theater) pada drum, album ini dianggap menyamai kehebatan album masterpiece mereka, City of Evil.
Ini merupakan album pertama A7x yang tidak menampilkan The Rev. Namun ia sempat menulis sejumlah lagu dan menyumbang vocal sebelum kematiannya. Untuk mengenang dan menghormati sosoknya, maka vocal The Rev turut pula ditampilkan di beberapa lagu. Tak hanya itu, untuk mengisi part drum yang tak terselesaikan, A7x pun meminta bantuan drummer yang paling diidolakan oleh The Rev yaitu Mike Portnoy (Dream Theater).
Jika diperhatikan, album ini terdengar lebih ganas dan lebih 'dark' dari yang pernah dirilis sebelumnya. Di semua elemen pun mulai dari gitar, vocal, bass, hingga drum terdengar lebih agresif. Track Nightmare yang diletakkan pada posisi pembuka album seperti sudah cukup memberikan gambaran mengenai suasana hati anak-anak A7x. Jika disimak lebih seksama pun lagu tersebut seperti sedikit memasukkan unsur dari band-band heavy metal seperti Metallica.
Nuansa yang sama pun terdengar pula di track favorit Musisi.com, God Hate Us. Sebuah track yang sangat direkomendasikan untuk disimak dan dimainkan. Mulai dari ritem gitar hingga part drum terdengar begitu nyatu. Pada saat mendengar intro gitarnya yang menampilkan sound clean gitar, tiba-tiba kita langsung dilempar ke nuansa musik metal dengan influence yang sepertinya terdengar cukup Thrash. Sayangnya Synyster Gates tak menampilkan solo gitar yang anthemic, sehingga kurang sedikit lagi lagu ini mencapai klimaksnya di bagian solo.
Seolah ingin mengulang sukses lagu Dear God dari album self-titled mereka pada tahun 2007 silam, A7x mempersembahkan So Far Away yang kental nuansa ballad. Namun lagu yang paling menggambarkan kenangan atas The Rev sepertinya terdapat pada track Victim. Selain liriknya yang menggambarkan kerinduan akan sosok The Rev, tak ada sisi yang begitu spesial di lagu ini selain kembalinya Synyster Gates dalam menampilkan permainan gitar yang paling 'in' dengan lagu keseluruhan.
Entah karena masuknya Mike Portnoy atau sebab lain, namun lagu yang memiliki nuansa progressive bisa disimak pada track Save Me. Beberapa kali menampilkan perubahan ketukan dan emosi membuatnya terdengar kompleks. Album ini direkomendasikan bagi para penggemar A7x, Hardcore Metal, bahkan juga DT Mania yang ingin menyimak sepak terjang Mike Portnoy di luar kebiasaannya bermain di band-band progressive.

Track List :
1. "Nightmare"
2. "Welcome to the Family"
3. "Danger Line"
4. "Buried Alive"
5. "Natural Born Killer"
6. "So Far Away"
7. "God Hates Us"
8. "Victim"
9. "Tonight the World Dies"
10. "Fiction"
11. "Save Me"

Sumber : www.musisi.com
[ Read More ]

Piyu From The Inside Out - Life, Passion, Dreams, and His Legacy


Penulis : Adib Hidayat
Judul Buku:
Piyu From The Inside Out - Life, Passion, Dreams, and His Legacy
Genre : Otobiografo
Penerbit :
Elex Media Computindo
Dimensi Buku :
25 cm x 25 cm
Tebal :
160 halaman
Rilis : Januari 2011
Editor Rating (1 - 5) :



Ada banyak hal yang harus dilalui oleh seorang musisi untuk bisa menembus papan atas dan terus eksis di belantika musik Indonesia. Seperti berbagai pengalaman Piyu (Padi) yang kini ia tuangkan ke dalam buku otobiografi pertamanya. Di buku ini ia menceritakan suka dan duka yang ia lewati sebelum mencapai levelnya saat ini.

Buku setebal 164 halaman ini dibagi menjadi 9 bab. Dimulai dari era masa kanak-kanak seorang Piyu, masa remaja, masa merantau ke Jakarta, pengaruh musikal, keluarga, Piyu sebagai produser, kehidupan recording, bisnis hiburan, dan superband. Dalam buku ini dipaparkan perjuangan seorang Piyu hingga meraih pencapaian seperti saat ini.

Masyarakat mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa sorang gitaris papan atas tanah air seperti Piyu pernah menjadi montir untuk menunjang hidupnya selama merantau ke Jakarta untuk memperjuangkan demo album Padi. Di buku ini kisah-kisah pahit yang pernah dialami dipaparkan dengan cukup detail dan emosional. Terdengar sangat emosional karena yang tertuang adalah kata-kata Piyu sendiri. Bila membaca otobiografi ini kita seolah sedang mendengarkan langsung Piyu yang sedang bercerita.

Bagian yang cukup menarik dari buku ini mungkin berada pada Chapter III dimana diceritakan juga awal karir Piyu yang bekerja sebagai kru gitar Andra Ramadhan (Dewa 19) serta penyebab sikap dinginnya terhadap Ahmad Dhani. Lalu di lain bagian dikisahkan pula berbagai penolakan dari label-label rekaman, proses perekrutan anggota band Padi, konflik internal, hingga transfer ilmu di seputar industri rekaman dalam negeri.

Di luar penceritaan yang cukup detail, hal yang patut diapresiasi adalah keberadaan dokumentasi yang ditampilkan di buku ini. Untuk ukuran Piyu yang lahir di tahun 70'an dan aktif bermain musik di tahun 90'an dimana gadget canggih seperti kamera digital belum menjamur seperti saat ini, dokumentasi foto perjalanan hidup Piyu terbilang banyak. Namun sayangnya buku ini kurang detail dalam menggambarkan timeline yang detail dari tahun ke tahun.

Kesimpulannya buku ini sangat layak untuk dimiliki terutama oleh anda yang memiliki impian untuk menjadi musisi. Dari buku ini Piyu seolah ingin mengajak kita untuk jangan berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti untuk mengejar mimpi tersebut karena tidak ada hal yang mustahil untuk dicapai selama kita berusaha keras dan penuh dedikasi.

Sumber : www.musisi.com
[ Read More ]

Zakk Wylde


Zakk Wykde merupakan gitaris yang banyak digemari oleh anak-anak muda Amerika. Salah satu gitaris metal yang banyak menginspirasi gitaris-gitaris metal di generasi berikutnya. Ia mulai terkenal semenjak menjadi gitaris Ozzy Osbourne. Semenjak saat itu sampai sekarang sosoknya sering sekali menghiasi cover-cover depan majalah-majalah musik khususnya metal.

Zakk mulai kursus bermusik semenjak usia 8 tahun. Awalnya ia biasa dipanggil dengan sebutan Flip, merupakan plesetan dari nama tengahnya, Philip. Namun kemudian ia keluar dan tidak belajar musik lagi. Baru ketika berusia 14 tahun ia mulai belajar musik lagi bahkan sempat juga belajar gitar klasik. Beberapa tahun kemudian ia membentuk band pertamanya Stone Henge pada tahun 1984. Di band ini ia memainkan lagu-lagu dari Black Sabbath, Judas Priest, dan Rush. Setelah tamat SMA, ia bergabung dengan band baru bernama Zyris. Semenjak mulai masuk band inilah ia memakai nama panggung Zakari Wyland. Masih seperti bandnya terdahulu, di band barunya ini masih memainkan lagu-lagu dari Black Sabbath dan Led Zeppeline.

Bersama band ini juga ia pernah tampil dalam event Stone Pony yang sebelumnya telah berhasil mengangkat nama Bruce Springsteen dan Bon Jovi. Tiga tahun kemudian ia melihat di acara televisi bahwa Ozzy Osbourne sedang mencari seorang gitaris yang belum populer untuk dijadikan gitarisnya. Zakk sangat tertarik, namun ia merasa mendampingi Ozzy dan menggantikan Randy Rhoads atau Jake E. Lee hanya sebuah fantasi. Akan tetapi saat ia sedang tampil dalam sebuah konser, seorang fotografer rock melihat permainan Zakk dan mendesak Zakk agar mengikuti audisi yang diadakan oleh Ozzy Osbourne. Akhirnya Zakk mengirimkan demo tape permainan gitarnya kepada Ozzy Osbourne. Setelah itu ia melakukan audisi langsung dihadapan Ozzy. Ia memainkan beberapa lagu Ozzy dan lagu-lagu klasik.

Ternyata sang godfather Heavy Metal tersebut langsung tertarik dengan Zakk. Ia segera menarik Zakk sebagai lead gitarisnya menggantikan gitaris-gitaris terdahulunya yaitu Randy Rhoads dan Jake E. Lee yang juga merupakan gitaris idola Zakk sendiri. Tahun itu juga Zakk langsung masuk ke dapur rekaman untuk rekaman album Ozzy Osbourne, No Rest for The Wicked. Yang perlu dicatat, saat itu usia Zakk belum genap 20 tahun alias baru berusia 19 tahun. Saat bergabung dengan Ozzy inilah Zakk diberi nama belakang 'Wylde'. Ozzy Osbourne pun memperkenalkan Zakk secara resmi kepada publik sebagai gitaris barunya di Hard Rock CafĂ©, New York, pada 15 Desember 1987. Dunia heavy metal yang sempat kehilangan Randy Rhoads, kini telah mendapatkan penggantinya. 

Zakk Wylde dengan cepat segera menjadi idola-idola pendengar musik-musik heavy metal khususnya di Amerika. Zakk juga ikut hadir dalam acara Moscow Peace Festival yang turut pula menghadirkan band-band papan atas seperti Skid Row, Motley Crue, Bon Jovi, dan Scorpions. Dua tahun kemudian Zakk kembali masuk dapur rekaman untuk menyelesaikan album No More Tears. Banyak pengamat menilai, album ini merupakan album terbaik Zakk bersama Ozzy Osbourne. Ia menampilkan permainan solo terbaik di lagu Mr. Tinkertrain dan Mama, I'm Coming Home. Style Zakk mengalami cukup banyak perubahan daripada album No More Tears yang cukup banyak pengaruh Randy Rhoads.

Tahun 1992, Zakk membentuk band bernama Lynird Skinhead. Band ini memainkan lagu-lagu Lynyrd Skynyrd, The Allman Bros, ZZ Top, dan Mountain. Selain itu juga memainkan beberapa lagu-lagu klasik rock. Zakk merekam lagu Farm Fiddlin dan kemudian tampil dalam album Guitars That Rule The World Vol.1. Kemudian ia mengganti nama bandnya menjadi 'Pride & Glory' karena nama Lynird Skinhead dirasakan sangat terlalu mirip dengan nama grup leendaris Lynird Skynyrd. Tahun 1995, Ozzy Osbourne yang sebelumnya sempat vakum dari dunia musik, memutuskan untuk bangkit dan memanggil kemali Zakk. Album terbaru diberi judul Ozzmosis. Di album ini juga tampil satu lagu yang ditulis oleh Steve Vai berjudul My Little Man. Tiga tahun berikutnya, Zakk membentuk band baru bernama Hell's Kitchen yang kemudian berganti menjadi Black Label Society. Album pertama bersama Black Label Society diberi nama Sonic Brewery. Bersama band barunya inilah kemudian Zakk Wylde semakin berkibar.

Ni ada sedikit video permainan  Zakk Wylde,selamat menikmati..


[ Read More ]